Tanggal 31 Januari hingga 1 Februari 2008, hujan mengguyuri belahan Kota Jakarta yang berakibat 1 Februari 2008 sedikitnya 237 penerbangan di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng sempat kacau ( 177 Delay, 58 Divert) diakibatkan cuaca buruk sejak tanggal 31 Januari 2008 dan hujan terus menerus dan banjir terjadi dimana-mana, bahkan air juga menggenangi Istana Presiden dan wakil presiden.
Presiden SBY yang pulang melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Baru Kerawang dan petani didaerah tersebut terjebak macet dikawasan Kawasan Pondok Gede yang menjadi langganan banjir, selain itu Sarinah Jakarta dan jalan tol menuju Bandar udara air menggenangi ruas jalan setinggi kisaran 50 Cm hingga 1 Meter yang mengakibatkan arus lalulintas macet total karena tidak mampu menerobos jalur tol yang tergenang banjir, ribuan penumpang terlantar dan diinformasikan 24 pesawat Divert di Bandar Udara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang ribuan orang terlantar dan ribuan penumpang kelaparan.
Dari Kampung Jambak dan Lubuk buaya Padang Sumatera Barat diperoleh informasi ratusan rumah terendam akibat banjir. Pada waktu yang hampir bersamaan di Desa Situbuh-tubuh Kecamatan Lanoparis Kecamatan Aceh Singkil, Nangroe Aceh Darusalam ratusan rumah terendam, beberapa rumah roboh dan 8 Warga tewas tertimbun tanah longsor menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut selama beberapa hari terakhir.
Di Pekanbaru rumah sakit jiwa ruangan peristirahatan dan kamar tidurpasien digenangi Air yang berakibat terganggunya pelayanan medis kepada para pasien, sementara dari Sumatera Selatan dilaporkan beberapa Kabupaten terendam banjir antara lain Desa Keban Agung Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat puluhan rumah hancur akibat banjir bandang dan ini banjir terbesar sejak tahun 1950-an, kata Nenek Yamina sambil berteriak histeris, Enam desa di Kabupaten Banyuasin tergenang air, demikian halnya 7 Desa dikawasan Kabupaten Ogan Komering Ulu tergenang banjir sehingga masyarakat dan petani tidak dapat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan perlu mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Melihat kondisi objektif tersebut, bahwa dibelahan bumi Indonesia ini sudah sangat rawan terjadi banjir, tentu hal ini bahwa membuktikan bahwa daerah resapan air yang menampung curahan hujan sudah tidak kita miliki.
Kerusakan hutan terjadi dimana-mana akibat keserakahan pemilik modal yang dengan dalih memiliki Hak Pengelolaan Hutan (HPH) membabat hutan dengan serakah dan egois, warisan kerusakan hutan yang ditinggalkan oleh pendahulu kita berakibat kesengsaraan dimana-mana, ribuan hektar terendam diberbagai Kabupaten dan derah seluruh Indonesia, gagal panen, sawah terancam puso dan krisis pangan menimpa negeri ini, tentu ini sangat membahayakan negeri ini, semua berakibat kebutuhan pangan harus impor, rakyat tidaklagi mampu menyajikan pangan produksi lokal.
Kalau hal ini terus terjadi, maka bangsa ini akan menuju kehancuran akibat ulah tangan-tangan jahil yang memanfaatkan sumberdaya alam dengan serakah.
Secara bersamaan mari kita bangkit dan sadar bahwa tanpa kepedulian kita bersama melalui gerakan penanaman pohon dan penghijauan kembali maupun reboisasi kita lestarikan hutan sebagai paru-paru dunia.
Ketentuan Hukum harus ditegakkan, para pembalakan liar dan perusak hutan harus menebus kesalahannya, kawasan yang dijadikan resapan air jangan ditimbun untuk pembangunan kawasan industri atau untuk perumahan elit atau rumah toko untuk kawasan perdagangan, bangsa ini harus mengerti apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan, tidak asal hamtam kromo (istilah jawa), tentunya dalam hidup ini ada aturan yang harus dipatuhi, tidak semua harus dibayar dengan uang untuk memuluskan keinginan pribadi. Hal inilah yang terjadi sekarang kerusakan hutan terjadi dimana-mana, banjir terjadi dimana-mana, anak cucu kita akan menderita dimana-mana bahkan kesengsaraan dan kemiskinan akan mendera seluruh negeri ini apabila kita segera sadar atas perbuatan yang salah selama ini.
Akhirnya kita hanya dapat saling menyalahkan, bahkan Kepala Negara dan kepala pemerintahan yang disalahkan, tentu negeri ini adalah tanggung jawab bersama, ditangan kita umat manusia inilah bangsa ini akan kita bawa kemana.
Akankah kita menjadi manusia yang dimusuhi mahluk Allah lainnya karena keserakahan dan salah memanfaatkan hasil bumi ini. Dari tanda-tanda alam semakin terbukti bahwa manusia lupa, sesungguhnya manusia hidup berdampingandengan mahkluk lain, dengan pola simbiose mutualisme, manusia hanya mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan ekosistem serta satwa lainnya, hewan dan binatang semakin langka akibat tidak tersedianya hutan dan lingkungan yang ramah untuk berlindung. Didalam ayat Al Quran Surat Al –Qashash {28} :77 dikatakan ” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Untuk itu mari kita benahi negeri ini dengan melibatkan seluruh umat manusia yang ada dibumi Indonesia, melalui penyuluhan, sosialisasi, anjuran, instruksi dan ajakan untuk menata bangsa sesuai dengan kemampuan masing-masing dan ketentuan agama yang dianutnya, sehingga bangsa ini terhindar dari balah dan bencana yang lebih besar, amin.
Presiden SBY yang pulang melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Baru Kerawang dan petani didaerah tersebut terjebak macet dikawasan Kawasan Pondok Gede yang menjadi langganan banjir, selain itu Sarinah Jakarta dan jalan tol menuju Bandar udara air menggenangi ruas jalan setinggi kisaran 50 Cm hingga 1 Meter yang mengakibatkan arus lalulintas macet total karena tidak mampu menerobos jalur tol yang tergenang banjir, ribuan penumpang terlantar dan diinformasikan 24 pesawat Divert di Bandar Udara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang ribuan orang terlantar dan ribuan penumpang kelaparan.
Dari Kampung Jambak dan Lubuk buaya Padang Sumatera Barat diperoleh informasi ratusan rumah terendam akibat banjir. Pada waktu yang hampir bersamaan di Desa Situbuh-tubuh Kecamatan Lanoparis Kecamatan Aceh Singkil, Nangroe Aceh Darusalam ratusan rumah terendam, beberapa rumah roboh dan 8 Warga tewas tertimbun tanah longsor menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut selama beberapa hari terakhir.
Di Pekanbaru rumah sakit jiwa ruangan peristirahatan dan kamar tidurpasien digenangi Air yang berakibat terganggunya pelayanan medis kepada para pasien, sementara dari Sumatera Selatan dilaporkan beberapa Kabupaten terendam banjir antara lain Desa Keban Agung Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat puluhan rumah hancur akibat banjir bandang dan ini banjir terbesar sejak tahun 1950-an, kata Nenek Yamina sambil berteriak histeris, Enam desa di Kabupaten Banyuasin tergenang air, demikian halnya 7 Desa dikawasan Kabupaten Ogan Komering Ulu tergenang banjir sehingga masyarakat dan petani tidak dapat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan perlu mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Melihat kondisi objektif tersebut, bahwa dibelahan bumi Indonesia ini sudah sangat rawan terjadi banjir, tentu hal ini bahwa membuktikan bahwa daerah resapan air yang menampung curahan hujan sudah tidak kita miliki.
Kerusakan hutan terjadi dimana-mana akibat keserakahan pemilik modal yang dengan dalih memiliki Hak Pengelolaan Hutan (HPH) membabat hutan dengan serakah dan egois, warisan kerusakan hutan yang ditinggalkan oleh pendahulu kita berakibat kesengsaraan dimana-mana, ribuan hektar terendam diberbagai Kabupaten dan derah seluruh Indonesia, gagal panen, sawah terancam puso dan krisis pangan menimpa negeri ini, tentu ini sangat membahayakan negeri ini, semua berakibat kebutuhan pangan harus impor, rakyat tidaklagi mampu menyajikan pangan produksi lokal.
Kalau hal ini terus terjadi, maka bangsa ini akan menuju kehancuran akibat ulah tangan-tangan jahil yang memanfaatkan sumberdaya alam dengan serakah.
Secara bersamaan mari kita bangkit dan sadar bahwa tanpa kepedulian kita bersama melalui gerakan penanaman pohon dan penghijauan kembali maupun reboisasi kita lestarikan hutan sebagai paru-paru dunia.
Ketentuan Hukum harus ditegakkan, para pembalakan liar dan perusak hutan harus menebus kesalahannya, kawasan yang dijadikan resapan air jangan ditimbun untuk pembangunan kawasan industri atau untuk perumahan elit atau rumah toko untuk kawasan perdagangan, bangsa ini harus mengerti apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan, tidak asal hamtam kromo (istilah jawa), tentunya dalam hidup ini ada aturan yang harus dipatuhi, tidak semua harus dibayar dengan uang untuk memuluskan keinginan pribadi. Hal inilah yang terjadi sekarang kerusakan hutan terjadi dimana-mana, banjir terjadi dimana-mana, anak cucu kita akan menderita dimana-mana bahkan kesengsaraan dan kemiskinan akan mendera seluruh negeri ini apabila kita segera sadar atas perbuatan yang salah selama ini.
Akhirnya kita hanya dapat saling menyalahkan, bahkan Kepala Negara dan kepala pemerintahan yang disalahkan, tentu negeri ini adalah tanggung jawab bersama, ditangan kita umat manusia inilah bangsa ini akan kita bawa kemana.
Akankah kita menjadi manusia yang dimusuhi mahluk Allah lainnya karena keserakahan dan salah memanfaatkan hasil bumi ini. Dari tanda-tanda alam semakin terbukti bahwa manusia lupa, sesungguhnya manusia hidup berdampingandengan mahkluk lain, dengan pola simbiose mutualisme, manusia hanya mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan ekosistem serta satwa lainnya, hewan dan binatang semakin langka akibat tidak tersedianya hutan dan lingkungan yang ramah untuk berlindung. Didalam ayat Al Quran Surat Al –Qashash {28} :77 dikatakan ” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Untuk itu mari kita benahi negeri ini dengan melibatkan seluruh umat manusia yang ada dibumi Indonesia, melalui penyuluhan, sosialisasi, anjuran, instruksi dan ajakan untuk menata bangsa sesuai dengan kemampuan masing-masing dan ketentuan agama yang dianutnya, sehingga bangsa ini terhindar dari balah dan bencana yang lebih besar, amin.
0 komentar:
Posting Komentar